Tidak terasa kita sudah berada dipenghujung tahun 2015 teman-teman
sebangsa dan sewarganegara. Apakah benar tidak terasa? Enggak itu cuma
basa-basi kok. Yakali setahun habis nggak kerasa. Nah, mumpung kita masih dalam
momen penghujung tahun, atau ya hanya penghujung bulan Desember sih, saya ingin
membahas tentang hal tersebut.
Setiap akhir tahun ada saja perbuatan orang-orang yang mengganggu
kehidupan dan ketentraman saya. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan perayaan
tahun baru, namun beberapa oknum yang sering dipanggil “cabe” atau “alay” atau
apalah mereka, sering sekali melebih-lebihkan apa yang harusnya terjadi biasa
saja, menjadi sebuah fenomena yang sangat luar biasa super duper cememew
cemimiw (begitulah). Oke langsung saja mari kita bahas satu-persatu.
1. RESOLUSI
Resolusi! Bisa saya pastikan kalian akan sering mendengar
kata-kata ini hanya dipenghujung tahun saja. Setelah lewat pergantian tahun
sudah dilupakan lagi. Yang sabar ya, resolusi. Banyak orang-orang diluar sana
yang-setiap-akhir-tahun menyampaikan resolusinya dan di-post di publik atau
social media. Pokoknya semua orang harus tahu. WHY? JUST WHY!!? Dan yang makin parah, resolusinya
kadang aneh dan nggak penting untuk diketahui orang banyak. Contohnya, resolusi
turun berat badan. Kami semua harus tahu kalau di 2016 kalian harus turun 20kg
gitu? Oke, tapi bagaimana jika tidak berhasil turun 20kg? Merasa bersalah kah?
Ada hukumannya kah? Tidak. Ujung-ujungnya dijadiin resolusi setiap tahun yang
tidak pernah terealisasi. Gitu aja terus sampai Farhat abbas jadi presiden.
Amit amit.
Resolusi ini bagi saya hanyalah kata-kata manis setiap akhir
tahun, sebagai pencitraan doang sih pada umumnya. Mungkin tidak semua orang
hanya omong doang, tapi sebagian besar iya. Jadi, resolusi yang benar itu
berjanji pada diri sendiri, percaya sama diri sendiri, nggak perlu semua orang
harus tahu perubahan kita, kan? Dan yang paling penting emang bener-bener
dilakukan. Resolusi juga tidak harus setiap tahun. Resolusi itu bukan
ikut-ikutan. Kalau kita mau berubah ya semua tergantung diri kita bukan orang
lain. Setuju?
2. TEROMPET
Oke, yang kedua kenapa terompet? Jujur saya tidak suka dan
cenderung kasihan dengan kehadiran terompet. Suara mereka itu gimana ya
menjelaskannya, cempreng lah pokoknya. Suaranya nggak enak didenger lah kayak
omelan pacar. Lalu mengapa saya kasihan? Karena mereka hanya disuruh datang
beberapa hari saja, dan digunakan hanya untuk beberapa jam saja. Sehabis
digunakan, mereka terbuang dan dilupakan lagi. Pernah sekali saya menghadiri
acara tahun baru yang berakhir menyedihkan. Terdapat setidaknya 2000 terompet
bergeletakan ditanah, tidak sadarkan diri setelah acara puncak malam tahun
baru. Mereka terinjak, mereka tertindas dan terlupakan, mereka hanya
dimanfaatkan. Saya sangat sedih, maka dari itu saya tidak pernah membeli
terompet lagi. Selain niupnya bikin sakit tenggorokan, saya paham betul rasanya
dicampakkan setelah dimanfaatkan. Iya sakit.
3. MACET
Macet di tahun baru itu seperti konferensi serentak di berbagai
kota. Kita sudah tahu kalau dijalanan bakalan macet, tapi tetap aja
menghadirinya, kan? Ini sama halnya dengan hubungan, kita udah tahu kalau
akhirnya bakal putus, tapi tetap aja dipaksakan balikan sama mantan. Sia-sia.
Kalau di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan yang
orang-orangnya sudah terlatih dengan kemacetan, saya lebih nggak habis pikir. Please, kalian sudah menghabiskan
setiap hari untuk macet-macetan dijalan, kenapa harus ada satu malam yang
dihabiskan bersama untuk macet-macetan (lagi)?
Nah, jika saya merasa terganggu dengan 3 hal diatas, lalu tahun
baru saya seperti apa? Pastinya sangat elegan.
Tentu saja tanpa resolusi, karena saya belum tahu bakalan ngapain
ditahun yang baru. Saya hanya berdoa semoga di tahun yang baru semua hal yang
baik akan datang. Juga tanpa terompet dan tanpa kemacetan. Tahun baru saya akan
sangat menyenangkan dan menenangkan. Saya akan berada di tempat sepi, sendiri, dan hanya musik dari
mp3 yang menemani. Ini hanya pergantian tahun kan? Bukanlah pergantian hidup.
Kita terbangun di esok hari bukan menjadi seseorang yang baru dengan
meninggalkan diri kita di tahun yang lama. Melainkan teteaplah seseorang yang
sama dengan beban hidup yang sama. Ya, tahun baru saya kali ini menyedihkan,
diatas tumpukan bantal sendirian.
Anyway, Selamat tahun baru teman-teman!
Tulisan ini hanya untuk bersenang-senang, hidup jangan terlalu
serius. Mari tertawakan hidup kita yang menyedihkan ini bersama-sama.
Wassalam.